Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) optimistis tingkat inflasi di Indonesia bakal tetap terjaga dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen hingga tahun depan.
“Bank Indonesia meyakini inflasi tahun 2025 dan 2025 tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Agustus 2025 secara daring di Jakarta, Rabu.
Optimisme itu mempertimbangkan kinerja inflasi yang tetap terjaga hingga laporan terakhir Juli 2025.
Dalam rilis Berita Resmi Statistik Juli 2025, Jumat (1/8), Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perekonomian Indonesia mengalami inflasi sebesar 2,37 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Juli 2025.
BPS menyebut kontributor utama tingkat inflasi itu adalah kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau.
Sementara itu, BI menyoroti dukungan tiap komponen inflasi. Inflasi inti (core inflation) dan harga diatur pemerintah (administered price) berhasil ditekan, sedangkan inflasi harga bergejolak (volatile food) tetap terkendali.
Secara rinci, inflasi inti turun menjadi 2,32 persen (yoy). Perry menyebut konsistensi suku bunga kebijakan moneter dalam mengarahkan ekspektasi inflasi sesuai dengan sasarannya berkontribusi dalam penurunan ini.
Selain itu, inflasi impor (imported inflation) dan harga pangan global yang rendah juga dikatakan turut mendukung melandainya inflasi inti.
Untuk inflasi harga diatur pemerintah tercatat turun menjadi 1,32 persen (yoy). Menurut BPS, komoditas yang berkontribusi dalam penurunan komponen inflasi ini adalah tarif air minum PAM yang terjadi di 13 wilayah, sigaret kretek mesin (SKM), dan bahan bakar rumah tangga.
Terkait harga bergejolak, inflasi terjaga pada level 3,82 persen (yoy), dengan komoditas penyumbang yaitu bawang merah, tomat, dan beras.
BI menyebut kinerja inflasi ini turut didukung oleh terjaganya kecukupan pasokan komoditas pangan utama.
Sinergi pengendalian inflasi oleh Tim Pengendalian Inflasi Pusat/Daerah (TPIP/TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) juga dikatakan berkontribusi dalam menjaga inflasi harga bergejolak.
Adapun untuk ke depannya, BI memperkirakan inflasi inti akan tetap rendah seiring dengan ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas ekonomi yang masih besar, imported inflation yang terkendali, dan dampak positif dari digitalisasi.
Selanjutnya, inflasi harga bergejolak diperkirakan terkendali, didukung oleh sinergi pengendalian inflasi BI dan pemerintah, baik di pusat maupun daerah.
Baca juga: BI kembali pangkas suku bunga acuan jadi 5 persen
Baca juga: BI yakin ekonomi semester II menguat didukung ekspor dan konsumsi
Baca juga: OJK imbau bank bertahap sesuaikan tingkat suku bunganya
Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.