
DIREKTUR Eksekutif Center of Reform on Economics (CoRE) Mohammad Faisal menyatakan, tantangan yang dihadapi industri manufaktur untuk bisa tetap konsisten di jalur ekspansi ialah kondisi ekonomi domestik, utamanya dari sisi konsumsi.
"Jadi satu tantangan paling utama ke depan saya rasa itu adalah dari sisi demand di domestiknya. Tantangan lain untuk manufaktur, PR-nya masih sama, yakni masalah konsistensi kebijakan dan juga potensi meningkatnya impor setelah tarif resiprokal AS berlaku," bebernya.
Peningkatan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari S&P Global pada Agustus 2025 dengan skor 51,5 memiliki korelasi dengan data-data yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), terutama yang berkaitan dengan impor barang modal yang meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
"Kalau impor barang modal meningkat, ini semestinya ada kaitannya dengan peningkatan aktivitas produksi di dalam negeri. Walaupun mungkin kalau dilihat dari sisi ketenagakerjaannya mungkin sedikit berbeda karena peningkatan pembelian bahan baku, barang modal, ini tidak harus selalu diikuti dengan peningkatan jumlah pekerja yang direkrut," ucap Faisal. (Fal/E-1)