MANTAN menteri pemuda dan olahraga Roy Suryo menuliskan berbagai kejanggalan status mantan presiden Joko Widodo sebagai lulusan Universitas Gadjah Mada dalam buku berjudul Jokowi's White Paper. Buku setebal 700 halaman itu ditulis bersama dua rekannya sesama alumnus UGM yakni Rismon Hasiholan Sianipar dan Tifauzia Tiyassuma alias dokter Tifa.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Roy Suryo menguraikan buku yang diluncurkan pada Senin 18 Agustus 2025 ini mendokumentasikan perjalanan ketiga penulis mengungkap dugaan ijazah palsu Jokowi. "Memuat tentang apa yang kami lakukan sejauh ini. Mulai dari ketika isu (ijazah palsu) pertama kali keluar ya," kata Roy dalam konferensi pers peluncuran buku tersebut di Kompleks University Club Kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Dia pun menjelaskan keraguan mereka atas keaslian ijazah ayah Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka itu berangkat dari sebuah seminar di Universitas Islam Indonesia yang dihadiri oleh Jokowi. Dalam acara itu, kata dia, terjadi dialog santai soal indeks prestasi (IP) yang memicu perdebatan publik.
Roy menyebut dari momen itu kemudian lahir tokoh-tokoh kritis seperti Bambang Trimulyono dan Sugi Nur Raharja (Gus Nur) yang mempertanyakan hal tersebut. "Sempat kemudian mereka mempertanyakan soal itu. Tapi mereka dikriminalisasi. Itu semua kami tulis dalam buku itu," kata dia.
Selanjutnya, buku tersebut juga memuat cerita ketika mereka mendatangi UGM untuk menagih skripsi Jokowi ke Wakil Rektor UGM Wening dan Arie Sujito. Dalam kesempatan itu, Roy mengatakan mereka diperlihatkan langsung skripsi yang disebut ditulis oleh Jokowi. "Saya memegang skripsi itu ya. Dan kemudian kita meneliti langsung ya waktu itu," kata dia.
Hasil analisis forensik dari tugas akhir tersebut ditulis oleh Rismon Sianipar. Rismon menuturkan setelah dilakukan berbagai macam proses analisis, ia menyimpulkan skripsi tersebut janggal dan tidak layak disebut sebagai skripsi. Sebab, dalam skripsi itu tak ada lembar pengesahan oleh otoritas terkait, yakni Fakultas Kehutanan UGM tempat Jokowi kuliah.
Tak hanya skripsi, Rismon memaparkan buku itu juga memuat berbagai kejanggalan ijazah Jokowi. Terutama dari file yang pernah diunggah Dian Sandi Utama, kader Partai Solidaritas Indonesia atau PSI asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada April 2025 lalu.
Untuk membuktikan keaslian ijazah yang diklaim asli itu, Rismon berujar pihaknya menggunakan metode yang disebut ELA atau error level analysis. Metode ini dipakai untuk menguji sebaran kompresi di sebuah file yang berbentuk JPG. "Kami berhasil buktikan foto ijazah Jokowi yang diunggah itu tidak asli dengan metode ELA," kata dia.
Dari analisis itu, Rismon mengklaim, diketahui ada kejanggalan pada aspek orisinalitas file itu sebagai objek gambar. Baik dari sisi adaptive, brightness, scaling, hingga faktor contrast-limited. "Kami mendapati pada file ijazah yang diklaim itu, ada sebaran-sebaran yang sangat dicurigai merupakan tempelan-tempelan secara digital," kata dia.
Dalam buku itu juga dijelaskan bahwa terdapat unsur overlapping detection dalam ijazah Jokowi, antara lain berupa reposisi yang buruk watermark logo UGM hingga tanda tangan pengesahannya. Rismon pun membandingkan ijazah Jokowi itu dengan ijazah alumni UGM lain seperti Hari Mulyono, Pronojiwo, dan Srimurtiningsih.
"Kami bandingkan, dan terkonfirmasi bahwa dua ciri proportional spacing dan kerning tersebut ada di lembar pengesahan skripsi Joko Widodo yang tidak mungkin ada pada tahun 1985, karena proportional spacing dan kerning ini hanya dijumpai dari sebuah dokumen yang diproduksi dengan teknologi word processor," ujar dia.
Roy Suryo menegaskan buku yang diberi judul Jokowi's White Paper ini secara umum berisi analisis yang mengantarkan pembaca pada kesimpulan bahwa skripsi Jokowi 99 persen palsu. "Tidak mungkin menghasilkan ijazah asli. Itu saja yang paling penting," kata dia.
Adapun penamaan Jokowi's White Paper, Roy menambahkan, merupakan upaya mereka untuk membersihkan nama kampus. "Kami sepakat menjuduli Jokowi's White Paper. Karena kami ingin membersihkan kampus kami tercinta ini. Kami bertiga lulusan sini. S1, S2 nya semuanya dari UGM semua."
Dalam kesempatan berbeda, mantan presiden Jokowi dalam reuni Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1980 menyatakan keheranannya dengan tudingan ijazah palsu dan kini kasusnya bergulir di ranah hukum.
"Saya ini kadang-kadang juga geleng-geleng, aduh, (polemik ijazah) ini tak masuk logika, tapi di lapangan kejadiannya, peristiwanya, seperti yang kita lihat," kata dia pada Sabtu, 26 Juli 2025.