
KEPALA Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai, pergantian Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai menteri keuangan membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) jatuh dan investor bersikap wait and see.
Pada pembukaan perdagangan Selasa (9/9) pukul 09.50 WIB, IHSG tercatat di level 7.649,38. Angka ini turun 117,47 poin atau 1,51% dibandingkan penutupan sebelumnya. Kemudian, pada penutupan perdagangan, IHSG kembali terkoreksi tajam 1,78% ke level 7.628,84, dengan saham-saham perbankan besar menjadi penekan utama.
"Penurunan IHSG ini karena kemungkinan investor masih bersikap hati-hati atau wait and see," kata Josua kepada Media Indonesia, Selasa (9/9)
Ia menegaskan, pelemahan IHSG lebih merefleksikan guncangan jangka pendek ketimbang perubahan fundamental. Namun, Josua mengingatkan, bila dalam beberapa minggu ke depan pemerintah tidak mampu memberikan komunikasi kebijakan yang meyakinkan, risiko koreksi lanjutan tetap terbuka.
"Hal ini karena pasar menilai posisi menteri keuangan sangat krusial dalam menjaga kredibilitas fiskal, serta kesinambungan kebijakan makro," jelasnya.
Dari sisi pasar obligasi, Josua menerangkan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun naik 5 basis poin ke level 6,44% pada 9 September. Kenaikan yield ini berlawanan dengan mayoritas negara Asia yang justru mengalami penurunan. Hal ini mencerminkan adanya premi risiko tambahan yang diminta investor akibat ketidakpastian arah kebijakan fiskal pasca reshuffle.
Kepala Ekonom Permata Bank itu kemudian menjelaskan terdapat tiga faktor utama yang akan menentukan arah sentimen. Pertama, investor menunggu sinyal kebijakan konkret dari menteri keuangan baru, terutama mengenai strategi pembiayaan APBN dan arah reformasi fiskal.
Kedua, konsistensi koordinasi antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia akan menjadi perhatian, mengingat stabilitas rupiah dan pendalaman pasar keuangan sangat bergantung pada sinergi kedua otoritas. Ketiga, dinamika politik pasca reshuffle, apakah mampu memperkuat stabilitas koalisi atau justru memunculkan ketegangan baru
Sebaliknya, jika menteri keuangan baru mampu memberikan kepastian arah fiskal yang pragmatis namun tetap disiplin, pasar berpotensi kembali stabil.
"Dengan demikian, IHSG berpeluang pulih dan melanjutkan tren positif pada kuartal terakhir tahun ini," ramalnya.
Dihubungi terpisah, analis pasar modal sekaligus pendiri Stocknow.id, Hendra Wardana menilai, pelemahan sektor perbankan menjadi sinyal kuat bahwa investor masih menimbang risiko policy uncertainty atau ketidakpastian arah pasca pergantian bendahara negara. Tekanan semakin dalam akibat aksi jual investor asing.
"Ini mencerminkan sikap wait and see terhadap komitmen pemerintah menjaga disiplin fiskal, transparansi defisit APBN, dan stabilitas makro ke depan," tuturnya.
Meski demikian, Hendra menyebut peluang rebound tetap terbuka selama IHSG bertahan di atas level psikologis 7.700. Secara teknikal, indeks saham diperkirakan bergerak di kisaran 7.640–7.880 dalam sepekan ke depan. Sentimen positif, ungkapnya, berpotensi muncul jika komunikasi pemerintah dan menkeu baru mampu meredakan kekhawatiran pasar. Ini ditambah dukungan faktor eksternal seperti ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.
"Dengan kata lain, volatilitas memang masih tinggi, tetapi ruang pemulihan tetap tersedia sepanjang level kunci 7.700 tidak terlewati ke bawah," pungkasnya. (H-3)