
PERNAHKAH kamu mendengar tentang daun Sidratul Muntaha jatuh? Dalam ajaran Islam, pohon Sidratul Muntaha adalah pohon suci yang berada di langit ketujuh, dekat dengan surga. Konon, setiap daunnya bertuliskan nama makhluk ciptaan Allah. Jika daun itu gugur, itu menjadi tanda bahwa ajal makhluk tersebut telah tiba. Yuk, pelajari lebih lanjut tentang pohon istimewa ini!
Apa Itu Sidratul Muntaha?
Sidratul Muntaha adalah pohon bidara raksasa yang terletak di ujung langit ketujuh, menandai batas yang tidak bisa dilewati oleh makhluk, termasuk malaikat Jibril, kecuali Nabi Muhammad SAW saat peristiwa Isra Miraj. Nama "Sidratul Muntaha" berasal dari kata sidrah (pohon bidara) dan muntaha (puncak atau akhir). Pohon ini disebutkan dalam Al-Quran, tepatnya pada Surah An-Najm ayat 14-16:
"...عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى"
"...di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Nabi Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha dilingkupi oleh sesuatu yang melingkupinya." (QS. An-Najm [53]:14-16)
Pohon ini digambarkan sangat indah, dengan daun sebesar telinga gajah dan buah seperti kendi besar, sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih.
Makna Gugurnya Daun Sidratul Muntaha
Menurut beberapa literatur Islam, setiap daun Sidratul Muntaha bertuliskan nama makhluk ciptaan Allah. Ketika daun Sidratul Muntaha jatuh, itu menandakan bahwa waktu hidup makhluk tersebut di dunia telah berakhir. Namun, kematian adalah rahasia Allah SWT yang tidak diketahui siapa pun, termasuk malaikat. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik RA:
"وَرُفِعَتْ لِي سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى، فَإِذَا نَبِقُهَا كَأَنَّهُ قِلَالُ هَجَرَ وَوَرَقُهَا كَأَنَّهُ آذَانُ الْفُيُولِ..."
"Aku melihat Sidratul Muntaha di langit ketujuh. Buahnya seperti kendi daerah Hajar, dan daunnya seperti telinga gajah..." (HR. Bukhari dan Muslim)
Meski hadits ini tidak secara langsung menyebutkan tentang daun yang jatuh, beberapa tafsir dan ulama menjelaskan bahwa gugurnya daun adalah simbol kematian yang hanya diketahui oleh Allah.
Lokasi dan Keistimewaan Sidratul Muntaha
Sidratul Muntaha berada di atas langit ketujuh, di sebelah kanan Arasy Allah. Pohon ini dikelilingi oleh cahaya dan keindahan yang tak terbayangkan. Dalam peristiwa Isra Miraj, Nabi Muhammad SAW melihat malaikat Jibril dalam wujud aslinya di dekat pohon ini. Hadits berikut menjelaskan keindahan Sidratul Muntaha:
"...فَإِذَا هِيَ تَغْشَاهَا فَرَاشٌ مِنْ ذَهَبٍ..."
"...tiba-tiba pohon itu diselimuti oleh laron-laron dari emas..." (HR. Ahmad)
Keistimewaan lainnya adalah perintah shalat lima waktu yang diterima Nabi Muhammad SAW di Sidratul Muntaha, menjadikan tempat ini sangat suci dan istimewa.
Kisah Isra Miraj dan Sidratul Muntaha
Peristiwa Isra Miraj adalah momen ketika Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu naik ke langit ketujuh hingga Sidratul Muntaha. Di sana, Nabi menerima wahyu langsung dari Allah SWT tentang kewajiban shalat. Al-Quran menyebutkan peristiwa ini dalam Surah Al-Isra ayat 1:
"سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى..."
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa..." (QS. Al-Isra [17]:1)
Hanya Nabi Muhammad SAW yang diizinkan melampaui batas Sidratul Muntaha, sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki makhluk lain.
Simbolisme Daun Sidratul Muntaha
Gugurnya daun Sidratul Muntaha jatuh sering dianggap sebagai simbol bahwa hidup di dunia ini sementara. Setiap makhluk memiliki waktu yang telah ditentukan oleh Allah. Meski kita tidak tahu kapan daun dengan nama kita akan jatuh, ini mengingatkan kita untuk selalu berbuat baik dan mendekatkan diri kepada Allah.
Pelajaran dari Sidratul Muntaha
Kisah Sidratul Muntaha mengajarkan kita tentang kebesaran Allah dan rahasia ciptaan-Nya. Pohon ini menjadi pengingat bahwa ada batas pengetahuan makhluk, dan hanya Allah yang Maha Mengetahui. Dengan memahami makna daun Sidratul Muntaha jatuh, kita diajak untuk selalu mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan amal shaleh. (Z-4)