Digital Students: Mengungkap Gejala 'Digital Fatigue' di Kalangan Pelajar

5 hours ago 6
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Ilustradi Digital Fatigue (Sumber: https://www.pexels.com/id-id/pencarian/digital/)

Digital students, sejak pandemi, wajah pendidikan Indonesia berubah drastis. Ruang kelas bergeser menjadi ruang virtual, buku catatan berganti dengan layar gawai, dan tatap muka langsung digantikan dengan rapat daring. Transformasi ini memang membawa kemudahan, tetapi juga melahirkan tantangan baru, fenomena digital fatigue atau kelelahan digital. Bagi banyak pelajar, sekolah bukan lagi sekadar tugas dan ujian, melainkan juga tatapan layar berjam-jam yang melelahkan mata, pikiran, bahkan jiwa.

Pertanyaan pun muncul: apakah kita sedang menyiapkan generasi yang cerdas digital, atau justru generasi yang kelelahan sejak dini?

Data yang Mengkhawatirkan

Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI, 2021) mencatat bahwa lebih dari 79% pelajar mengeluh kelelahan saat mengikuti pembelajaran daring. Gejalanya mulai dari sakit kepala, mata kering, insomnia, hingga penurunan motivasi belajar. Studi lain dari Common Sense Media (2022) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa remaja menghabiskan rata-rata 8 jam per hari di depan layar, bukan hanya untuk belajar, tapi juga hiburan digital. Kondisi ini berkontribusi pada meningkatnya stres, kecemasan, dan penurunan fokus.

Di Indonesia, kasus nyata memperlihatkan dampaknya. Pada puncak pandemi 2020–2021, media melaporkan banyak siswa di daerah terpencil jatuh sakit karena dipaksa duduk berjam-jam di depan gawai untuk mengikuti pembelajaran daring. Seorang siswa SMP di Kabupaten Banyumas, misalnya, harus dirawat karena mengalami gangguan mata dan sakit kepala kronis akibat terlalu lama menatap layar (Tribun Jateng, 12/2021). Kasus serupa juga muncul di Sulawesi Selatan, ketika seorang siswi SMA mengaku mengalami depresi ringan karena kelelahan menghadapi tumpukan tugas daring yang tidak pernah selesai (Kompas, 2021).

Fenomena ini menegaskan bahwa digitalisasi pendidikan tidak selalu berarti kemajuan tanpa konsekuensi. Ada harga sosial dan psikologis yang kini harus dibayar oleh para pelajar.

Perspektif Sosiologi: Teknologi yang Membebaskan atau Membelenggu?

Émile Durkheim pernah menekankan pentingnya solidaritas sosial dalam menjaga keseimbangan masyarakat. Namun, pembelajaran digital sering kali justru mengikis ikatan sosial antar siswa. Alih-alih membangun solidaritas, layar digital menciptakan keterasingan. Diskusi kelas yang seharusnya hangat berubah menjadi ruang hening penuh ikon mikrofon mati. Bukankah ini bentuk baru dari anomie—kekosongan interaksi sosial—dalam dunia pendidikan modern?

Michel Foucault bisa memberi perspektif lain, sekolah daring dengan aplikasi belajar adalah bentuk baru dari “panoptikon digital”. Kamera, absensi daring, hingga aplikasi monitoring waktu layar membuat siswa merasa terus diawasi. Alih-alih membebaskan, teknologi justru menambah tekanan psikologis. Apakah kita sedang melahirkan siswa yang terlatih disiplin, atau sekadar terjebak dalam pengawasan tanpa henti?

Lelah yang Tak Terucapkan

Banyak pelajar sebenarnya menyimpan rasa lelah yang tak terucapkan. Di balik layar, mereka bergulat dengan notifikasi yang tak ada habisnya, tugas digital yang menumpuk, dan rasa kesepian karena minim interaksi langsung. Tidak sedikit yang mengalami gejala burnout meski masih duduk di bangku sekolah. Ironisnya, suara mereka jarang terdengar karena kesehatan mental masih dianggap isu sekunder dalam pendidikan.

Bagaimana mungkin pelajar bisa menyerap ilmu dengan baik jika setiap hari tubuh dan pikirannya dilumpuhkan oleh kelelahan digital?

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Korea Selatan, yang dikenal dengan digitalisasi pendidikan maju, melaporkan peningkatan signifikan kasus depresi remaja akibat intensitas penggunaan layar selama pandemi (OECD, 2021). Di Jepang, muncul istilah “zoom fatigue” yang menggambarkan kelelahan ekstrem akibat tatap muka virtual yang berlebihan.

Sebaliknya, Finlandia menerapkan kebijakan unik, jam belajar daring lebih singkat, siswa di...

Read Entire Article