Beijing (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri China menyebut ada semakin banyak negara yang ingin bekerja sama dengan Shanghai Cooperation Organization (SCO) yang diinisiasi China.
"Semakin banyak negara yang mencari dan memperkuat dialog dan kerja sama dengan SCO. Model Keluarga SCO muncul sebagai respons terhadap tren saat ini karena bagi semua negara, model ini menyediakan jalur baru yang fleksibel dan nyaman untuk berpartisipasi dalam bentuk-bentuk baru kerja sama regional dan hubungan internasional," kata Asisten Menteri Luar Negeri China Liu Bin, dalam konferensi pers di Kementerian Luar Negeri China, Beijing pada Jumat.
Hal tersebut disampaikan Liu Bin setelah mengungkapkan ada setidaknya 22 pemimpin negara dan pemerintahan yang akan hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) KTT SCO di Tianjin pada 31 Agustus - 1 Agustus 2025.
SCO sendiri beranggotakan China, Rusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, dan Uzbekistan sebagai negara awal. Setelah itu, India serta Pakistan bergabung pada 2017, Iran pada 2023 dan Belarus pada 2024 sehingga total ada 10 negara anggota.
Selain memiliki 10 anggota tetap, SCO juga memiliki dua negara pemantau (observer) yaitu Mongolia dan Afghanistan. Masih ada juga 14 mitra dialog yaitu Sri Lanka, Turki, Kamboja, Azerbaijan, Nepal, Armenia, Mesir, Qatar, Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Myanmar, Maladewa, dan Uni Emirat Arab.
Sedangkan kepala negara dan pemerintahan yang bukan anggota tetap, pemantau maupun mitra dialog tapi mengonfirmasi akan hadir dalam KTT SCO adalah Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia dan Vietnam.
"SCO secara alami akan diakui dan didukung oleh semakin banyak negara karena memegang prinsip inklusif yang terbuka dan mau membuka pintu bagi semua negara yang mengakui 'Semangat Shanghai'," ungkap Liu Bin.
Liu Bin juga mengatakan SCO menyambut lebih banyak negara dan mitra untuk bergabung dengan SCO demi mewujudkan multilateralisme yang setara dan berkelanjutan di dunia, mempromosikan globalisasi ekonomi yang inklusif, dan memberikan kontribusi positif.
"Saat ini, semua negara anggota SCO berada pada tahap pembangunan. Seiring dengan semakin kompleks dan bergejolaknya situasi internasional, negara-negara perlu memperkuat persatuan dan kerja sama untuk mendorong pembangunan bersama," tambah Liu Bin.
China, kata Liu Bin, akan bekerja sama dengan semua pihak di dalam SCO untuk mempertahankan tujuan awal SCO, mempromosikan "Semangat Shanghai" dan menyediakan solusi dari SCO untuk tata kelola dan reformasi global.
"Konfrontasi yang tidak adil dan memprioritaskan kepentingan sempit di atas kepentingan yang lebih luas pasti akan kehilangan dukungan publik. Kesetaraan dan saling menguntungkan melalui kerja sama adalah jalan yang tepat, karena itu, filosofi kerja sama yang berpusat pada 'Semangat Shanghai' semakin diterima luas," jelas Liu Bin.
China, ungkap Liu Bin, pun bersedia bekerja sama dengan teman dan mitra yang satu tujuan untuk memanfaatkan sepenuhnya model keluarga SCO dan mencapai hasil saling menguntungkan.
China menjabat sebagai presiden bergilir kerja sama Shanghai Cooperation Organisation (SCO) periode 2024-2025.
Tema SCO tahun ini adalah "Tahun Pembangunan Berkelanjutan SCO". Dalam keketuaannya, China ingin agar SCO meneruskan serangkaian inisiatif dan kerja sama dalam Prakarsa Pembangunan Global yang diajukan oleh Presiden Xi Jinping yaitu pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, pembiayaan pembangunan, perubahan iklim dan pembangunan hijau, industrialisasi, ekonomi digital dan konektivitas.
Baca juga: China targetkan KTT SCO di Tianjin galang konsensus politik
Baca juga: 22 pemimpin akan hadiri KTT SCO di Tianjin, termasuk Presiden Prabowo
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.